Minggu, 16 September 2012

SESALKU


SESALKU




 23 Januari 2004, dia secara nyata ada didepanku  kami adalah sepasang suami istri yang sudah tinggal bersama selama 6 tahun,  aku belum berencarna mempunyai buah hati dari pernikahan kami. Pagi itu seperti aktifitas biasanya aku mempersiapkan sarapan untuk kami makan aku tengah sibuk dengan spatula ditanganku. Ia terbangun segera mendengar gemerisik krincing di dapur.
“ pagi ini menunya mau apa  suamiku?” Tanya David padaku
“ emm seperti biasa kan enak atau tidak masakanmu aku selalu makan,, ow iya tolong ambilkan aku jus orange yang dingin sana “ pintanya padaku
“ ini,wah sayang persediaan makanan kita hampir habis ,”
“ iya nanti aku antar kamu belanja sekalian  berkunjung kerumah ibu, sudah lama kita tidak mengunjungi ibu,” ujarnya.
Waktu begitu cepat berlalu, David seperti biasa ia mengukir beberpa patung pesanan dari koleganya,  patung – patung hasil karyanya sudah termasyur dikota itu. Setelah mengantar  ku belanja dan berkunjung kerumah ibu, aku segera membuatkan sup ayam kesukaanya hangat – hangat David sangat suka ketika aku memasak sup ayam buatnya , keluarga kami cukup harmonis walaupun ia pemarah tetapi ia penuh dengan kehangatan ia selalu tersenyum kadang dia hanya terdiam dan beraktifitas tetapi akhir – akhir ini dia berubah jarang aku melihat ia bercanda padaku seperti dulu diam nan sunyi sering aku rasakan entah apa yang membuatnya begitu akupun tak tau pasti apa yang ada dibenaknya , bagaimanapun juga  kunikmati hidup ini dengan suka cita.
“ aduh,,!! Jariku keluar darah”  tiba tiba pisau yang kugenggam menggoreskan jari kiriku dan membuat David mendatangiku
“ kau kenapa?? Jarimu ! sini ( sambil memasukan jari ku kemulutnya )  hati – hati kalau memasak kalau kau sampai terkena pisau lagi atau apapun itu aku bias kehilangan  kamu, aku tidak mau sendiri!”
“ kau ini kenapa !! aku hanya tersayat pisau tak mungkin aku mati david,! “
“ kau tak tau  apa – apa ! “( berlalu pergi dari sudut dapur  }
Ia datang lagi dengan membawa sesuatu benda kecil yang digenggamnya
“ angkat tinggi – tinggi rambutmu !” pintanya
“ kalung ini untukku? Indah bandulnya akan kupakai kalung ini dileherku “
“ berjanjilah kau akan tetap hidup” sambil memelukku erat sekali dan menciummi kening serta pelipis wajahku.
Aku teringat ada sesuatu yang ingin aku beli yaitu kado pernikahan kami genap ke7 tujuh pada tanggal 30 Januari . Sesegera aku keluar sambil minta izin sang suami, awalnya dia tidak memberikan izin tetapi karena kelihaianku berbicara akhirnya ia memperbolehkannya.
Sampai di supermall yang berjarak 4km dari rumah, saya segera membeli satu barang yang ingin sekali suami saya miliki. Supermall itu selalau ramai dikunjungi sampai ketika saya mengantri di ruang kasir tiba giliran saya membayar, ada seorang laki-laki menepuk pundakku dan aku terkejut ada sesosok laki- laki yang tak asing lagi dimataku.
“ hei Rita kan? Siswi kelas 3 IPA 1 yang cengeng itukan? Yang pernah nangis ketika sepatunya hilang karna sepatu itu kado special almarhum ayahnya?”
“ ha, kau siapa ya bentar aku inget inget oh iya,, yang tiap ulangan duduk sebangku denganku yang nyontek terus “
Kami langsung berpelukan hangat melepas kerinduan yang hampir 5 tahun tak pernah bertemu.
 “ haha masih inget aja kamu, gimana kabarnya? Udah berkeluarga?”
“ aku sudah punya suami, hehemm kapan kamu pulang  dari jepang? Wah sekarang jadi sukses ni di jepang, ketemu cewe impian ya disana rif”
“ enggak aku belum ada pikiran ke arah sana heheehe”
“ ow ya rif aku buru-buru pulang besok kita sambung lagi ya,,”
“ Ekh kita barengan aja pulangnya,  kamu kita searah kan”
“ em gimana ya, ya sudah aku kenalkan sekalian dengan suamiku, kita  minum kopi dulu dirumah ya”
“ oke “
Sesampai dirumah
Kulihat suamiku melakukan aktifitasnya seperti biasa dia sedang megukir sebuah patung perempuan yang sedang menggendong bayinya, terlihat asyik dengan pekerjaanya sesampai aku pulang dia tidak menyadarinya.
“ vid,,, aku pulang,, ayo rif silakan masuk suamiku sedang di teras biar aku panggilakan, “
“ oh oke,, ini semua karya suami kamu ya? Mengagumkan “
“ emm terimakasih pujiannya “
Sesampai aku pada david matanya terlihat merah membara terbesit rasa takut di pikiranku, dia marah apa cemburu? Entah apa yang merasuki pikiranya. Dia melaju cepat jalanya ke arah Arif teman SMA ku dengan membawa pisau ukir ditanganya seperti ingin memangsa Arif sesegera aku menghentikan langkah kakinya, terlintas dipikiranku “ dia cemburu melihat aku membawa arif teman sekolahku dulu “ tapi apa daya aku tak mampu menghentikan langkah kakinya yang melaju bak elang melihat mangsanya.
“david, david dia sahabat aku, kau mau apa?,,”
“ sebaiknya kamu pergi sebelum aku gunakan pisau ini mengeluarkan jantungmu!!!”
“ kau pulang saja Rif,, dia sedang emosi dia sedang labil,  belakangan ini dia sering emosi”
“ sabar sabar vid, aku ini temen rita bukan selingkuhannya, sebaiknya letakkan benda itu dari tanganmu”
“ akh,, banyak bicara mati saja kau!!” sambil menikam tubuh Arif

“ apa yang mau kau lakukan, jangan!! “
“awas!!!!!,  “ (menyelamatkan arif tetapi justu aku yang terkena benda tajam itu )
“ apa yang kau lakukan!!”
“ rita bangun! Maaf maaf kan aku aku tak bermaksud menyakitimu,, maaf rita bangun! Bangun! Bangun!
Tak kan kubiarkan kau pergi !!! “(sesal davin dengan suara tangisan dan pelukannya yang hangat padaku)

Ku terbangun dipenuhi dengan bau obat-obatan tersedar aku akan kejadian baru saja, segera aku menoleh kearah sampingku, tetapi sang suami dari sudut manapun aku tak bisa menemukannya disekitarku. Hanya ada seorang wanita yang tak lain dia Rika sahabatku,
“ dimana suamiku!!! Dimana dia!”
“ Hei hey rita tenangkan dirimu, dia baik – baik saja Rita tenang “
Aku ingat terakhir kali suamiku memeluk erat tubuhku, sekarang dimana keberadaanya aku merindukanmu,  dan Rika saat itu menjelaskan semuanya, bahwa aku sudah berada di rumah sakit ini hampir 6 hari aku menyangkal, mustahil ini semua terjadi lalu dimana suamiku, Rika menjawab kalau dia sudah tenang di bawah rumput halus disertai bunga – bunga yang masih segar.



Ku tertegun mendengar penjelasan Rika.
 “Kau  telah tinggalkan kerinduan yang dalam hari ini tepat hari ulang tahun pernikahan kita David
Kau berikan kalung ini ketika aku berada di duniamu, sekarang aku mengerti mengapa kau takut aku tersadar dari duniamu, aku ingin kembali lagi kesana bandul ini bercerita kau ingin sekali memiliki buah hati dari pernikahan kita. Aku sungguh egois maaf kan aku, wanita dalam kalung ini menitihkan air mata begitu aku menangis karena kehilanganmu.
" ku tertatih diatas kursi yang membantuku berjalan terdiam,menangis,memandangi sebuah kalung berbandul ukiran patung wanita yang sedang menitihkan air mata. Hangatnya dekapanmu mendadak menghilang lenyap trermakan masa.Sesal tak akan ada guna lagi sesalku tak akan berakhir,aku akan menuggumu menjemputku kembali ke duniamu wahai suamiku "(sesalku /20/1/2009)














Tidak ada komentar:

Posting Komentar